Belajar Pengendalian Diri Melalui Filosofi Yunani: Penerapan Buku Filosofi Teras
"Buku Filosofi Teras"
Persoalan selalu muncul dalam segala macam bentuk seakan memang tak ada habisnya. Namun, perlu kita ketahui, masalah tidak akan terjadi jika kita tidak mempermasalahkannya.
Salah satu buku mengenai pengembangan diri yang cukup populer di kalangan pembaca yaitu Filosofi Teras karya Henry Manampiring, beliau membahas mengenai filsafat Yunani kuno yang menjelaskan bagaimana para filsuf stoa menerapkan ajaran stoisisme dalam menghadapi berbagai macam masalah yang sedang terjadi, lalu bagaimana cara kita menyikapinya? Stoisisme mengajarkan bagaimana cara mengatasi emosi negatif dengan menerapkan metode pengendalian diri, diantaranya:
1. Hanya memfokuskan diri pada apa yang bisa kita kendalikan.
Segala yang terjadi di luar kendali kita adalah segala sesuatu yang tidak dapat kita paksakan kehendaknya, hal yang jelas dapat kita kendalikan adalah apa yang ada pada diri kita sendiri, dimulai dari pikiran hingga hati.
2. Pengambilan sebuah keputusan yang didasarkan pada pertimbangan yang matang.
Pengambilan keputusan secara sepihak dan tidak dipertimbangkan kematangannya dapat berpotensimenimbulkan suatu hal yang tidak kita inginkan, oleh karena itu kita diperlukan untuk menerapkan pemutusan keputusan secara matang dan mempertimbangkan bagaimana konsekuensinya di masa mendatang.
3. Menghargai orang lain dengan memperlakukannya dengan baik (memanusiakan manusia).
Sudah menjadi kewajiban jika manusia adalah makhluk sosial yang diharapkan dapat memiliki simpati dan empati yang tinggi sehingga dapat menghormati keputusan orang lain sebagai bentuk dari saling menghargai sebagai seorang manusia.
4. Berani menerima sebuah konsekuen atas keputusan yang telah diambil, dan berani berpegang teguh pada prinsip diri.
Setiap pilihan tentunya memiliki konsekuensinya sendiri, dengan berpegang teguh pada prinsip diri dan memiliki rencana yang matang kita diharuskan siap jika dihadapkan dengan kegagalan.
5. Memiliki kontrol sepenuhnya atas diri sendiri.
Diri sendiri memiliki hak yang dapat kita kontrol secara penuh, kita pada hakikatnya dapat dengan bebas sepenuh hati memilih sebuah pilihan atas diri sendiri, tentunya dengan tanggungjawab penuh dan tanpa melanggar dan merugikan hak orang lain.
Namun, pada faktanya kita cenderung ingin mengendalikan orang lain daripada mengendalikan diri kita sendiri, padahal hal tersebut sudah jelas-jelas berada di luar kendali kita. Hal tersebut juga menjadi penyebab utama berbagai masalah dapat muncul dan terjadi, karena pandangan dan pendapat orang lain lah kita dituntut untuk menjadi sempurna, kita juga ingin jika berbagai macam hal yang kita lakukan dapat diterima baik oleh orang lain.
Namun sekali lagi, semua itu sudah berada di luar kendali kita, kita hanya dapat mengendalikan apa yang sudah menjadi porsi kita. Dengan tidak membiarkan diri untuk terus berlarut mengikuti ekspetasi orang dan belajar menerima apa yang sudah menjadi milik kita, itu semua sudah cukup membantu kita untuk terhindar dari masalah yang sebenarnya memang kita buat-buat sendiri.
Mirisnya kita tidak dapat menyangkal, membiarkan terjadi atau mencegah masalah agar tidak terjadi, sudah sepenuhnya ada dalam kendali kita.
Jadi bagaimana? Sudah percaya kalau masalah tidak akan datang sendiri kalau bukan kita yang membuatnya? Menjadi bebas adalah poin utama dari opini yang aku sampaikan disini, bebas dalam berekpresi dan bebas dalam menentukan sebuah pilihan, yaitu dengan cara kita mengubah pandangan terhadap sebuah masalah dan menjadikannya sebagai suatu pembelajaran serta proses menuju tujuan yang sebenarnya, tanpa terhalang oleh masalah yang kita timbulkan sendiri.
(Boy)