Siswaku Sekaligus Sahabatku

5 min read

ZONASIONAL – Di zaman dahulu, beragam informasi belum mudah diperoleh atau diakses seperti masa sekarang. Teknologi belum secanggih seperti saat ini. Informasi akan disampaikan guru sebagai pemberi ilmu, guru menjadi satu-satunya sumber ilmu yang diperoleh siswa-siswanya.

Oleh karena itu guru dianggap orang yang serba tahu, serba bisa, serba baik dan guru merasa satu-satunya penguasa tunggal di dalam kelas.

Sebagai penguasa tunggal di dalam kelas, seorang guru di zaman dahulu bebas melakukan apa saja, termasuk dalam memberikan hukuman kepada siswa-siswanya.

Apabila ada seorang siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, maka guru tersebut akan melemparkan penghapus atau kapur tulis kearahnya. Siswa berdiri di depan kelas dengan satu kaki terangkat serta kadang ada pula memberikan cubitan kepada siswa yang melakukan kesalahan.

Pada masa itu siswa enggan dan jarang melaporkan tindakan atau sikap guru kepada orang tuanya karena orang tua bahkan akan memarahi dan menganggap tidak patuh pada guru.

Namun, pada masa kini,  iklim keterbukaan, demokrasi, dan mudahnya akses pengetahuan dan teknologi dapat merubah guru sebagai penguasa tunggal di dalam kelas atau dalam pembelajaran. Pada masa sekarang siswa dengan mudah mendapat ilmu pengetahuan melalui banyak media, termasuk radio, televisi, maupun internet.

Oleh karena itu guru harus memiliki cara atau strategi agar tugas sebagai pendidik tetap terlaksana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Cara yang mudah dilakukan adalah dengan menjadikan siswa sebagai sahabat.

Hal baru dan penting yang perlu diperhatikan adalah peran guru yang bisa menjadi sahabat siswa. Guru yang menjadi sahabat bagi siswa akan dicintai oleh siswanya, mereka akan merasa dekat dan nyaman bahkan mereka akan merindukan guru.

Kedekatan dan rasa nyaman ini sungguh penting kaitannya dengan motivasi dan semangat anak didik dalam proses pembelajarannya.

Cerita menarik yang dialami guru di sebuah sekolah adalah ketika guru tersebut disibukkan dengan semua aplikasi di Handphone yang berhubungan dengan kepegawaiannya sebagai seorang PNS. Beragam aplikasi harus digunakan  guru agar mempermudah tugas administrasinya sebagai PNS, akan tetapi terkadang guru memiliki kesulitan menggunakan Handphone dikarenakan berbagai hal salah satunya sering disebut istilah Gaptek.

Siswa lebih mudah dan cepat memahami penggunaan Handphone dari yang biasa hingga handphone canggih. Nah disinilah  guru bisa menjadikan siswa sebagai sahabat untuk berdiskusi mengenai kecanggihan teknologi masa kini.

Pada akhirnya guru tersebut sering menjalin komunikasi layaknya sahabat. Kejadian di atas hanyalah satu contoh saja; ternyata seorang guru di zaman sekarang bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, menjadikan siswa sebagai sahabat adalah pilihan cerdas bagi seorang guru yang ingin dicintai oleh siswanya .

Seorang guru yang tampil sebagai sahabat bagi siswa tentu akan menjadikan pribadinya hangat dan penuh keakraban dengan para siswa.

Seorang guru yang menjadikan dirinya sahabat bagi siswa dalam belajar bukan berarti tidak mengenal hukuman.

Seorang guru yang tampil penuh persahabatan dengan siswa tentu bukanlah guru yang begitu mudah menjatuhkan hukuman bagisiswa yang melanggar. Apalagi tanpa bertanya sebelumnya kepada siswa tersebut mengapa melakukan perbuatan yang tidak baik atau melanggar aturan sekolah, tapil angsung saja melemparkan penghapus, mencubit, menjewer, atau bahkan memukul dengan penggaris kayu.

Hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru apabila siswa melakukan pelanggaran hendaknya tidak langsung memberikan hukuman. Namun, mengajak bicara secara baik-baik anak tersebut untuk menanyakan alasannya mengapa ia melakukan perbuatan tersebut.

Lebih baik lagi, jika pembicaraan dengan siswa tersebut dilakukan dengan empat mata atau berdua dengan siswa, sebab guru tidak diperbolehkan mempermalukan siswa di depan teman temannya. Dengan mengajaknya bicara secara empat mata akan membuat siswa diperlakukan sebagai sahabat yang dilindungi kehormatannya di hadapan teman-temannya, selain itu mengajak bicara secara empat mata dengan siswa yang melakukan penggaran, mempunyai pengaruh yang sangat positif dalam mengubah perilaku negatif siswa.

Berdasarkan hal dia atas guru harus mampu merubah sistem belajar yang memposisikan guru sebagai penguasa tunggal di kelas menjadi guru sebagai sahabat bagi siswanya. Guru tidak dominan seperti masa lalu yang menjadikan siswa mempunyai ketergantungan yang besar kepada gurunya. Siswa tidak boleh bergantung kepada atasan atau bos ketika kelak memasuki dunia kerja.

Mereka sulit memunculkan inovasi dan kreativitas. Guru harus mampu menyerap informasi dari berbagai media dan mengikuti perkembangan teknologi karena jika siswa banyak menyerap ilmu pengetahuan terutama dari media informasi yang berkembang pesat di zaman modern ini, sementara gurunya tidak melakukan hal yang sama, tentu akan menjadikan guru yang tetap memaksakan diri sebagai satu-satunya sumber informasi yang utama bagi siswanya akan tidak berkesan lagi bagi anak didiknya.

Guru seperti inilah yang akan mampu menciptakan atmosfir belajar yang hangat, menyenangkan, membangkitkan semangat, dan membangun kepercayaan diri yang besar dalam diri anak didik.

Maka sudah jelas bahwa guru yang menjadikan siswa sebagai sahabatnya akan dicintai oleh siswanya dan hal yang paling mendasar tentunya proses belajar mengajar dapat tercapai dengan maksimal.

Rani Prastuti, S.Pd
Guru Bahasa Indonesia
SMK Negeri 7 Baleendah Kabupaten Bandung

(Red)

Posting Komentar