Solusi Mengelola SDM Dalam Mengatasi Stres Akibat Bekerja
"Mengatasi Stres"
Oleh: Muhammad Faisal Malik
ZONASIONAL - Stres dalam bekerja merupakan suatu fenomena baru dalam dunia modern yang bersifat dinamis dan cepat berubah seperti sekarang. Menyadari adanya indikasi stres akibat bekerja sedini mungkin adalah faktor krusial dalam pengelolaan suatu bisnis.
Mengambil contoh kasus akhir akhir ini kita sering disajikan dengan fenomena Generasi Z (Gen Z) yang tidak tahan terhadap tekanan pada pekerjaannya yang mengakibatkan tingkat turnover pada perusahaan meningkat.
Fenomena ini dapat dianalisis dari sisi Generasi Z. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan fenomena ini dapat terjadi yaitu gaya kepemimpinan yang menerapkan boundaries yang ketat antara atasan dan bawahan sementara generasi z cenderung lebih menyukasi gaya kepemimpinan yang bersifat boundary-less, faktor selanjutnya adalah kurangnya fleksibilitas waktu, karyawan yang tergolong pada Generasi Z lebih cenderung memilih pekerjaan yang memiliki tingkat fleksibilitas waktu yang tinggi dan faktor lainnya adalah kurangnya insentif untuk karyawan yang bekerja lembur dan pendapatnya tidak dihargai ditempat kerja.
Melihat contoh fenomena di atas sebuah perusahaan harus segera menyadari adanya potensi masalah dari fenomena tersebut dan harus dapat megambil keputusan berdasarkan fenomena tersebut dan mengimplementasikan sesuai dengan budaya perusahaan tersebut.
Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan oleh penulis sendiri yaitu mengamati hubungan antara overtime/kerja lembur dengan produktivitas yang diambil di PT. X terlampir pada tabel berikut.
[caption id="attachment_25479" align="aligncenter" width="1000"] Tabel hubungan antara jumlah produktivitas dan overtime
Dapat diambil kesimpulan sederhana dari tabel di atas bahwa adanya hubungan yang tidak signifikan antara tingkat produktivitas dengan jumlah personil yang bekerja overtime/lembur.
Berdasarkan fenomena dan data terlampir, perusahaan dapat mengambil keputusan dalam pengelolaan sumber dayanya seperti mengatur jumlah personil yang akan overtime untuk mengurangi potensi kelelahan fisik dan psikologi akibat kerja, selanjutnya pihak manajemen melibatkan karyawan baik tingkat bawah sampai menengah dalam diskusi/meeting untuk mendapatkan konsesus umum atau kesepakatan bersama dalam menjalankan roda bisnis yang bertujuan untuk memberikan penghargaan lebih kepada hak karyawan dalam berpendapat, namun yang harus menjadi perhatian dalam proses pengambilan keputusan ini tetap harus mempertimbangkan budaya yang sudah terbentuk di lingkungan kerja tersebut.
Pengambilan keputusan lain yang bisa digunakan sebagai alternatif dapat bersifat non-teknis (informal) seperti memberikan konseling atau bimbingan karir kepada karyawannya atau mengadakan seminar penanganan stres di tempat kerja.
(Red)