Haru-Dhani: Visi Bandung Unggul atau Sekadar Mimpi Muluk?

"Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung"

1 min read


ZONASIONAL
- Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung nomor urut 2, Haru Suandharu dan Dhani Wirianata, menghadapi gelombang kritik tajam di tengah kampanye Pilkada 2024. Janji-janji mereka, yang awalnya dianggap sebagai angin segar, kini dipandang oleh banyak pihak sebagai bombastis, tidak realistis, dan minim solusi konkret.  

Mengusung slogan "Bandung yang Unggul dan Berdaya Saing," Haru-Dhani menjanjikan berbagai program seperti penyediaan ruang hijau hingga pengembangan transportasi modern. Namun, kritik tajam datang dari publik yang meragukan realisasi program tersebut di tengah keterbatasan anggaran dan lahan.  

"Janji mereka hanyalah fatamorgana politik. Tidak ada arah yang jelas bagaimana mereka akan mencapainya," kata seorang pengamat tata kota Bandung.  

Selain itu, isu realisasi anggaran yang jauh dari ekspektasi, seperti di Baleendah, semakin memunculkan keraguan. Dari janji anggaran Rp150 juta untuk pembangunan jalan akses warga, yang terealisasi hanya Rp15 juta. Hal ini mencerminkan tantangan politik yang sering dihadapi pejabat, yakni kesenjangan antara janji kampanye dan pelaksanaannya.  

Kemampuan Haru-Dhani dalam mengelola kota sebesar Bandung juga diragukan banyak pihak. Rekam jejak pasangan ini dinilai tidak mencerminkan kesiapan untuk menangani kompleksitas permasalahan perkotaan.  

"Bandung bukan tempat untuk uji coba kepemimpinan. Jika tidak kompeten, yang menjadi korban adalah rakyat," ujar seorang akademisi dari Universitas Parahyangan.  

Janji-janji ambisius Haru-Dhani, seperti perbaikan layanan kesehatan, pendidikan, dan revitalisasi ekonomi, juga menuai pertanyaan. Ketidakjelasan sumber pendanaan menjadi perhatian utama.  

"Apakah ini berarti pajak akan dinaikkan? Atau mereka hanya bicara tanpa rencana nyata?" tanya seorang tokoh masyarakat Bandung.  

Dalam kampanyenya, Haru-Dhani banyak menekankan pentingnya keberagaman dan toleransi. Namun, skeptisisme muncul mengenai ketulusan mereka dalam isu sosial ini.  

"Bandung butuh pemimpin yang benar-benar memahami keragaman, bukan hanya menjual kata-kata manis," ungkap seorang aktivis sosial.  

Dengan berbagai kritik yang meliputi minimnya pengalaman, janji yang tidak realistis, dan kebijakan tanpa landasan jelas, banyak pihak mempertanyakan apakah Haru-Dhani benar-benar siap memimpin Bandung.  

"Jika pasangan ini memimpin, Bandung tidak hanya stagnan, tetapi juga bisa terperosok lebih dalam dalam krisis tata kelola," kata seorang warga yang prihatin dengan perkembangan Pilkada.  

Kini, pasangan Haru-Dhani menghadapi tantangan besar untuk membuktikan bahwa mereka mampu menjawab kritik dan meraih kepercayaan publik. Namun, jika mereka gagal mengatasi keraguan ini, warga Bandung mungkin akan mencari alternatif pemimpin yang lebih kompeten dan kredibel.  

Pilkada 2024 menjadi momen penting bagi warga Bandung untuk menentukan masa depan kotanya. Apakah mereka akan memberikan kesempatan kepada Haru-Dhani, atau mencari pemimpin lain yang dinilai lebih layak? Jawabannya akan menentukan arah Bandung dalam lima tahun ke depan.***

Posting Komentar